Creative Workshop - ZINE




How Tos: Gemana cara bikin Zine...

Nah, boeat kamu -kamu yang masih bingung dengan gimana cara bikin Zine, dam sebelum tim The Youth Corner ketemu kalian di event creative workshop pengenalan dan cara bikin Zine, sepertinya pemberian sedikit tips akan berguna bagi kamu yang berminat untuk membuat sebuah zine. basically gampang banget koq! Cuman modal kertas, gunting, lem, pensil, plus hal-hal yang kamu tahu, kamu mau bgai, dan yang kamu rasa... plus tentunya semangat mudamu!

1. Cobalah untuk membaca dulu zine zine yang sudah beredar. Lebih baik jika mempunyai 5 atau lebih sebagai bahan perbandingan.
2. Tentukan tujuan zine atau topik zine. Sehingga akan lebih fokus dalam pembuatan zine. Misalnya zine Punk maka tidak perlu memasukkan gossip Elma Theana, tapi masukkan gossip band band Punk paling ganteng didaerah kamu (kecuali Elma Theana pacaran dengan Charles Bronson). Jika zine bertopik Kacang Tanah maka jangan masukkan ide ide kamu tentang ikan di laut yang ga berhubungan dengan kacang tanah.
3. Pikirkan kerangka dan rubrik rubrik apa saja yang akan ditampilkan. Apakah akan menjadi kumpulan tulisan, atau ditambah dengan komik, interview atau review. Semuanya bebas kamu buat.
4. Kumpulkan bahan bahan yang terkait , bisa kamu buat sendiri, dan mungkin bisa juga kamu ambil dari zine zine lain atau sumber lain lagi. kalau mengambil dari sumber lain maka sebaiknya ditulis juga sumbernya. Tetapi jika sumber yang kamu ambil ternyata juga mengambil dari sumber lain tulis aja dua duanya sebagai sumber.
5. Pikirkan lay-out yang bersahabat dengan mata. Jangan sampai orang tidak jadi baca zine kamu karena pusing dikarenakan lay-out yang terlalu berantakan.
6. Buat cover yang menarik, biasanya provokatif. Curi aja gambar gambar dari crimethnic atau sumber sumber lain yang kamu anggap bagus.
7. Siapkan uang untuk foto kopi. Harus cukup jelas cetakannya. Karena kita ga suka baca tulisan buram bukan?
8. Cari tempat tempat untuk menjualnya. Untuk harga jual jangan lupa tambahkan Rp. 500,- atau Rp. 1000,- tentukan saja sendiri lalu tambahkan lagi 10% dari jumlah tadi untuk menjadi harga jual di toko tersebut. Karena biasanya mereka menarik bagi hasil sebesar 10%. Kecuali zine kamu memang dimaksudkan untuk dibagikan gratis.
9. Tetapi barang barang cetakan dari kertas yang dibagikan gratis saat ini hanya dijadikan tempat duduk atau payung darurat sekali pakai. Apalagi zine yang terdiri dari beberapa halaman bisa menjadi beberapa alas tempat duduk pula. Maka supaya zine kamu tidak sia sia taruhlah harga walaupun sedikit Rp. 500 atau Rp. 1000 lah.

Buat promosi yang provokatif. Dimana mana dan sebesar kamu bisa. Walaupun kamu hanya mencetak 5 eksemplar. Karena membuat nama zine kamu jadi dikenal adalah awal dari orang berusaha membaca zine kamu.

Copyright © Indonesian ZINE Community

ZINE: sebuah perkenalan...

Saat awal tahun 1997-an di Indonesia, gaya hidup yang merebak saat itu adalah gaya underground yang secepat kilat menjadi acuan mode dan musik di kalangan anak muda. Punk adalah acuan musik yang saat itu berkembang.Greenday menjadi populer sebagai semangat ber-underground sebagai bagian dari counter culture/budaya perlawanan.
Photobucket

Tipe underground yang mencolok adalah antikemapanan, menentang mainstream/media yang besar dan terkenal, antisosial, keluar dari batas dan antitren.

Karena tipe di atas tadi, maka untuk menunjukkan jati dirinya secara benar tanpa di’plintir-plintir’ oleh pers yang mainstream, maka mereka membuat media sendiri yang biasanya dikerjakan secara independent atau istilahnya adalah D.I.Y (Do It Yourself). Media inilah yang kemudian disebut sebagai media indie/media perlawanan dari pengaruh mainstream. Bahasa musiknya adalah indie label.

Media indie awalnya dikenal sebagai zine.
Photobucket
SEKILAS ZINE

Saat ini saya coba bahas tentang zine, yang walaupun tidak terlalu mendalam, tapi saya harap cukup memberi informasi.

Apa itu zine? Anda pasti sudah tahu Magazine atau majalah. Dan untuk mudahnya zine dapat disebut sebagai versi lain magazine atau bentuk lebih sederhana dari magazine. Sering juga disebut fanzine atau zine yang dibuat oleh fan/penggemar/simpatisan.

Apa itu fanzine? Misalnya ada seseorang yang menyukai tentang jam jam antik, maka dia bisa membuat fanzine tentang jam antik, dengan dia sendiri menjadi editornya. Dalam hal ini seorang yang terinspirasi oleh pola dan gaya hidup underground maka dia akan membuat fanzine underground.

Sebuah fanzine tidak perlu memiliki kantor redaksi, mereka bisa beredaksi dimanapun mereka bisa. Dan merekapun tidak dikejar tengat waktu. Dan jumlah eksemplar yang dicetak pertamapun dapat disesuaikan dengan isi kantong pembuatnya,yang biasanya dicetak dengan sistem fotokopi. Karena mudahnya pembuatan zine, maka jumlah zine yang beredar sebenarnya sangat banyak sekali. Tapi sayangnya karena banyak keterbatasan tersebut, sangatlah susah untuk mendokumentasikan zine zine secara lengkap.

Sebuah fanzine underground biasanya berisikan artikel dalam bentuk kritik atau malah terkadang tulisan serangan terhadap kebijakan pemerintah, budaya konsumerisme, kapitalisme, penindasan, lingkungan hidup, diskriminasi dan lain lain. dan juga berisi info info, interview dan review band band dari kalangan underground yang dianggap oleh editornya menarik. Dan kadang juga ditambah dengan info info dari hobi mereka, tapi rata rata tetap dari sudut pandang counter-culture. Jika ia berbicara tentang komputer, maka ia menulis tentang teknik hack, jika ia membuat komik maka cerita cerita atau gambar yang dibuat tidak akan sama dengan yang muncul di komik komik terbitan penerbit besar, sebagian besar berisi kritik kritik sosial.
Photobucket
Zine mempunyai ciri-ciri, antara lain:
- Tidak mempunyai kantor redaksi, artinya mereka bisa beredaksi dimanapun mereka mau
- Tidak ada tenggat waktu/deadline
- Karena dibuat dengan sistem DIY, maka jumlah eksemplarnya bergantung pada‘isi saku’ dari redaksi/editor.
- Isi zine sangat sempit. Ada yang tentang melulu politik, anti-pemerintah, budaya, personal, lingkungan hidup, dll.
- Tidak ada batasan tentang bagaimana menulis yang baik dan benar. Semua ‘terasa’ sah-sah saja, bahkan pernah ditemui umpatan-umpatan jorok pun terasa manis didengar.
- Biasanya lahir dari sebuah komunitas meskipun ada juga yang dilahirkan dengan mandiri.
- Biasanya anti-copyright/anti hakcipta, artinya pembaca boleh menggandakan seberapa dia mau.

Photobucket

BENTUK ZINE

Zine zine yang terbit di kalangan underground ini memiliki berbagai bentuk dan macam.

Dari isi zine, dapat dibagi menjadi tiga kategori:
1. zine yang seluruh isinya dibuat atau ditulis sendiri oleh editor atau sebelumnya belum pernah dipublikasikan dimedia lain. (confusion, predestination)
2. zine yang sebagian isinya dibuat sendiri dan sebagian lagi hasil mengambil artikel dari sumber lain yang sudah ada sebelumnya.
3. zine yang seluruh isinya hasil dari mengumpulkan dari sumber lain.

Sedangkan dari bentuk kemasannya zine :
1. zine dengan format foto kopian > bentuk yang paling banyak ditemukan, zine digandakan dengan sistem fotokopi, dan biasanya dalam jumlah sangat terbatas (tiga belas, empathy lies, confusion)
2. zine dengan format stensilan > zine dicetak menggunakan alat cetak, biasanya sampul berwarna tetapi isinya menggunakan stensil hitam putih, biasanya mempunyai penyebaran yang lebih luas dibanding yang di fotokopi. (fallen angel, rettrovore)
3. zine dengan format kertas yang lebih lux.> ini bentuk paling bergaya, biasanya full colour dan menggunakan kertas yang lebih tebal. (ripple, trolley, outmagz)
Dan dalam perkembangannya selain dalam bentuk tercetak beberapa pihak mulai melirik media internet yang dalam beberapa hal dapat menjadi lebih mudah pengelolaannya disebut juga webzine - seperti pada www.deathrockstar.tk yang mereview dan menginterview band band rock lokal yang kebanyakan indie, ada juga www.totalfeedback.com dengan bahasan utamanya musik grunge dan alternatif, dan webzine webzine lainnya.

Karena biasanya pembuat zine berpendapat bahwa informasi itu harusnya gratis disebarluaskan maka mereka tidak pernah dipusingkan oleh copyright, dan dengan sukarela membagi tulisannya dengan zine lainnya, bahkan merelakan zine mereka digandakan lagi oleh pihak lain tanpa meminta balas jasa materi. Tapi biasanya juga mereka beretika dengan menuliskan sumber sumber tulisan tersebut. Dan jarang sekali mereka mengambil tulisan dari media media mainstream yang memberi copyright pada tulisan tulisan mereka. Dan zine zine yang sudah menjadi lebih besar dan bahkan bisa menembus pasaran (seperti ripple contohnya) akan membentuk tim penulis sendiri, beberapa zine yang terhitung kecil juga ternyata memiliki tim editorial sendiri dan tidak membuat zine sendirian (air seni, empathy lies)
Photobucket
TENTANG FOTO KOPI

Karena biasanya pembuat zine berpendapat bahwa informasi itu harusnya gratis disebarluaskan maka mereka tidak pernah dipusingkan oleh copyright, dan dengan sukarela membagi tulisannya dengan zine lainnya, bahkan merelakan zine mereka digandakan lagi oleh pihak lain tanpa meminta balas jasa materi.
Tapi biasanya juga mereka beretika dengan menuliskan sumber sumber tulisan tersebut. Dan jarang sekali mereka mengambil tulisan dari media media mainstream yang memberi copyright pada tulisan tulisan mereka. Dan zine- zine yang sudah menjadi lebih besar dan bahkan bisa menembus pasaran (seperti ripple contohnya) akan membentuk tim penulis sendiri, beberapa zine yang terhitung kecil juga ternyata memiliki tim editorial sendiri dan tidak membuat zine sendirian.
Photobucket
ZINE DI INDONESIA

Di Indonesia sendiri fenomena zine ini juga cukup berkembang pesat sejak beberapa tahun terakhir, bahkan beberapa kali menjadi topik artikel di media media mainstream yang ada-Maka saya tidak mencoba lagi untuk menulis tentang asal usul dan sejarah zine. Tapi sayangnya perkembangan pesat itu seakan hanya meledak sebentar dan hilang. jika setahun yang lalu saya akan dengan mudahnya mendapatkan 7-10 zine dalam sebulan,maka sekarang saya sudah harus puas dengan 2 zine dalam tiga bulan. Hal ini sangat disayangkan karena dapat menjadi indikasi bahwa budaya menulis dan membaca kembali surut. Yang mungkin juga diakibatkan tidak lancarnya regenerasi para editor editor zine sebelumnya.

Hal ini ternyata juga menjadi keprihatinan beberapa orang “senior” di kalangan underground yang saat ini kebetulan sudah bekerja disebuah media mainstream, yang sangat berminat untuk membangkitkan budaya membuat zine atau budaya menulis. Beliau berencana membuat sebuah kesempatan bagi pembuat zine yang menarik, untuk diikutsertakan dalam majalahnya tersebut sebagai bonus, yang dimana beliau tidak membatasi bahasan zine tersebut pada bahasan underground saja. Sayang usul yang menarik ini belum berhasil direalisasikan saat ini, masih menunggu beberapa pertimbangan bersama lainnya dari redaksi.

Diluar konteks zine sebagai media propaganda, keberadaan zine zine ini juga sangat berguna sebagai penanda bahwa budaya menulis dan berargumentasi bertumbuh dan berkembang secara positif dikalangan underground, yang juga menunjukkan bahwa sebenarnya mereka termasuk golongan yang terpelajar-baik melalui insitusi resmi sekolahan ataupun belajar secara otodidak. Jadi mereka para pembuat zine termasuk berjasa dalam berusaha meningkatkan budaya baca tulis bangsa ini secara umum dan anak anak muda yang berada dalam kalangan underground pada khusunya. Sehingga sangatlah disayangkan jika jumlah pembuat zine ini menurun pada waktu waktu belakangan ini.

Melihat manfaatnya yang sebenarnya bagus itu, seharunya memang zine ini diperhatikan lebih baik lagi untuk dikembangkan. Terutama sebagai media alternatif yang memiliki sudut pandang dan cara berfikir yang berbeda dibandingkan media media mainstream yang seringkali memiliki tujuan terselubung (vested interest).
Photobucket

USAHA UNTUK PENGEMBANGAN

Usaha usaha pengembangan zine ini sebenarnya sudah pernah dicoba dilakukan. Beberapa kali dalam tiga tahun belakangan ini saya sudah mendengar kabar tentang festival zine di beberapa daerah di Indonesia. Dan bahkan sudah ada workshop untuk media media indie yang pada khususnya membahas bentukan zine ini.

Dukungan dukungan seperti itulah yang dibutuhkan oleh para pengelola zine sehingga akan merangsang mereka untuk berkarya dan menginspirasikan orang orang baru untuk membuat zine juga.

Mungkin perlu juga tips tips manajemen bagi para pengelola zine sehingga bisa memutar sumber daya yang dimiliki untuk membuat zine secara berkesinambungan walaupun tidak teratur. Saat ini yang paling terlihat perkembangannya adalah Ripple, yang telah melebarkan jangkauannya, bahkan bisa masuk toko toko buku besar, tapi tetap dengan bahasan band band indie label lokal yang baik. Yang di awalnya hanyalah proyek iseng iseng membuat majalah alternatif yang berbeda dengan konsep majalah kebanyakan, dan mereka malah berhasil mengembangkannya menjadi salah satu majalah berpengaruh di kalangan anak anak indie lokal.

Maka itu sebenarnya zine itu memiliki kegunaan yang sangat besar artinya bagi pembuatnya, maupun bagi pembacanya.
Photobucket

Copyright © Indonesian ZINE Community

Semua tentang Tahun Baru

Yo ho ho, sudah saatnya kita mengucapkan “Selamat Tahun Baru” sekali lagi… Satu lingkaran penuh dalam satu tahun kemarin telah kita jalani. Dan tiba saatnya untuk menapaki satu lingkaran baru lagi. Tahun yang baru berarti harapan baru, dan kesempatan untuk mewujudkan semua mimpi dan hasrat kita. tapi bagaimana sih sebenarnya Tahun Baru yang kita kenal sekarang dilihat dari sejarahnya? Yuk kita obrolin bareng...

Sejarah Tahun Baru

Tahun Baru adalah sebuah event atau perayaan dimana sebuah peradaban dan/atau sebua kebudayaan memperingati berakhirnya tanggalan dalam satu tahun dan mulainya tanggalan untuk tahun yang baru. Kebudayaan manusia yang memiliki pengukuran system satu tahun umumnya memiliki dan merayakan har pergantian tahun. Dalam calendar Gregorian yang modern, hari pergantian tahun tersebut diperingati setiap tanggal 1.

Jika dilihat dari sejarah manusia yang panjang, ternyata perayaan tahun baru memilki akar sejarah dalam ceritanya. Tapi jika ditilik dari era peradaban kuno, tahun baru atau hari awal dari suatu tahun ternyata dirayakan pada tanggalan yang berbeda beda di setiap kebudayaan. Perbedaan tersebut adalah karena perbedaan dalam suku dan latar belakang kebudayaan adat yang dianut di daerah bersangkutan.

Dewasa ini, perayaan tahun Baru di seluruh dunia dirayakan serentak pada tanggal 1 Januari. Tapi ini tidak terjadi ratusan tahun yang lalu.

Adalah bangsa Romawi yang pertama kali mempergunakan tanggal 1 Januari sebagai tanggalan awal tahun, yang mana hal tersebut terjadi pada tahun 153 Sebelum Masehi. Nah, sebelum tahun tersebut, tanggal 25 Maret ditetapkan sebagai Hari Tahun Baru (hari Vernal Equinox). Dan ini kemudian dianggap sebagai tahun baru bagi sebagian besar bangsa Kristen Eropa pada abad pertengahan.

Namun banyak kejanggalan dan kesulitan yang terjadi pada saat mempergunakan Maret ke 25 sebagai tanggalan untuk Tahun Baru. Masalah yang lebih besar lagi terjadi dari kesulitan dalam penghitungan system tanggalan dalam satu tahun. Orang-orang Romawi menamai beberapa nama bulan dengan nama seperti September, October, November dan December dengan "Germanucus", "Antonius" dan "Tacitus" dibawah kekuasaan Emperor yang berbeda beda. Bahkan November sendiri memiliki beberapa nama yang berbeda seperti "Domitianus", "Faustinus" dan "Romanus". Aneh dan membingungkan bukan?! Hal ini mengakibatkan system calendar dan penanggalan saat itu menjadi sulit dan membingungkan.

Beberapa orang dan ahli astronomi kemudian merevisi system calendar dan penanggalan tersebut, dan atas usahanya mereka diganjar penghargaan dan mendapatkan nama mereka sebagai nama bulan. Sebagai contoh July dan August.

Perubahan system calendar ini tidak dirungu oleh orang-orang paling tidak sampai tahun 1582. adalah Pope yang mencetuskan kembali agar perayaan Tahun Baru dirayakan tiap tanggal 1 Januari.

Setiap tahun disimboliskan dengan 12 hewan dan satu dari 5 elemen, dengan kombinasi hewan dan elemen berputar secara periodic setiap 60 tahun.

Adopsi system penanggalan secara global:

Negara-negara Katolik segera mengadopsi system tanggalan ini. Namun membutuhkan waktu yang cukup lama bagi Negara Protestan untuk mengadopsinya. Akhirnya, jerman mengadopsi system ini pada tahun 1700, Britania Raya pada 1752, dan Swedia pada tahun 1753.

Negara-negara Oriental (Asia dan Timur Tengah) dengan pengaruh kebudayaan dan agama Hindu, Taoist, Buddha dan Islam, menganggap system calendar ini adalah system penanggalan dengan cara Kristen, tapi toh kita tetap mengadopsi system ini bahkan sebagai system penanggalan yang resmi. Jepang enyambut system ini pada tahun 1873 dan Cina pada tahun 1912.

Orthodox Timur bahkan mengadopsinya lebih lambat lagi, yaitu pada 1924 dan 1927, Russia mengadopsinya dua kali – pertama pada tahun 1918 dan kemudian setelah gagal dengan system penanggalannya sendiri, kemudian mengadopsinya lagi pada tahun 1924.

Perayaan, kebiasaan, dan tradisi

Sebelum kita berbicara tentang kebiasaan yang kita lakukan tiap Tahun Baru, coba lihat info berikut. Tahukah kamu mengapa kita selalu menyanyikan lagu Natal berbarengan dengan lagu Tahun Baru dalam liriknya?

Di Skotlandia, dimana Tahun Baru adalah perayaan terbesar dalam satu tahun, hadiah were solicited oleh kumpulan band yang terdiri dari para lelaki yang menyanyi dari rumah ke rumah meminta uang dan makanan. Mereka bernyanyi seperti ini:

" I wish you a Merry Christmas
And a Happy New Year,
A pocketful of money
And a cellar full of beer,
And a good fat pig
To serve you all the year."

Keseluruhan perayaan tahun Baru yang kita kenal sekarang sebenarnya berasal dari berbagai perayaan dan/atau kebiasaan yang dilakukan oleh pendahulu-pendahulu kita dalam menyambut musim panen baru. Jadi dulunya Tahun Baru itu identik dengan musim panen baru.

Sebagai contoh, suku Creek Indian selama musim ranumnya jagung pada bulan Juli dan Agustus menandakan pergantian tahun. Kebiasaan mereka adalah memanjakan diri mereka dengan baju baru, mengganti interior dan peralatan rumah dengan yang baru.

Hari tersebut sebenarnya adalah makan malam yang religius, tapi semenjak tahun 1900an telah menjadi malam perayaan pergantian tahun Baru yang meriah, setiap tanggal 31 Desember disebut perayaan malam Tahun Baru. Seringkali pada malam tahun baru langit malam dihiasi dengan parade kembang api.

Secara simbolis, Tahun Baru menandakan pmbaharuan hidup, perayaan akan regenerasi, menanggalkan yang lama dan yang terluka.

* Inilah beberapa contoh kebiasaan yang kita kenal sekarang, dulunya merupakan kebiasaan seperti berikut:

The Mid-night cacophony: Ide untuk membuat suara-suara yang memekakkan telinga adalah untuk mengusir roh jahat dengan suara-suara seperti terompet dan teriakan dan gebukan drum. Itulah kenapa pada tengah malam kita mendengar suara the deafening cacophony of sirens, klakson mobil, peluit pelaut, terompet pesta, bell gereja, drum, panci – apapun yang dapat memproduksi suara yang dapat mengusir arwah jahat.

Parade spektakular: Parade Tournament of Roses yang sangat terkenal yang diadakan Pasadena, California, pertama kali dimulai pada tahun 1886 oleh Klub Valley Hunt, yang mana anggotanya mendekorasi kereta mereka dengan bunga-bunga. Mereka bermaksud untuk menciptakan apa yang mereka maksud dengan "perayaan artistic dari ranumnya buah jeruk di California".

The booze bash: Yet another familiar practice, though not quite encouraging. The unbridled drinking bash on the New Year's Eve, is also a secular leftover of a rite that was once religious in character. The original spirit has been a personal re-enacting of the chaotic world that existed before the ordered cosmos was created by God.

Resolusi Tahun Baru: Untuk sebuah misi memiliki ‘status bersih’ pada awal tahun yang baru, orang-orang pada masa lampau biasanya membuat pernyataan bahwa mereka akan membersihkan semua utang-hutang mereka. Inilah yang sering kita sebut dengan resolusi Tahun Baru. Hal ini adalah representasi dari usaha untuk membuat segala sesuatunya menjadi ‘baru’ di Tahun yang baru pula. Untuk itu, di Amerika sana sering kali hal ini disebut dengan "turning over a new leaf."

Keberuntungan di Tahun Baru: Biasanya Tahun Baru selalu dikaitkan dengan penentuan keberuntungan dalam mencapai 364 hari lainnya. Umumnya orang-orang selalu mencoba untuk menghabiskan hari pertama dalam tahun baru sebaik mungkin dengan ditemani keluarga dan teman. Dulunya dipercayai bahwa adalah pertanda baik apabila seorang laki-laki tinggi berambut hitam berkunjung ke rumah pada Tahun Baru.

Kumpul-kumpul: Kebiasaan untuk mengunjungi teman dan saudara terus belanjut hingga sekarang. Saat tersebut merupakan saat-saat yang ‘mewah’ dimana dulunya semua membuka pintunya untuk teman, keluarga, siapa saja (open house), dengan menggelar berbagai makanan enak untuk siapapun yang ingin berkunjung, teman ataupun orang asing.


Tapi tentunya tidak semua orang bisa melakukan open house sekarang ini, iya kan? Tapi tetap, berkumpul dengan keluarga dan teman adalah saat yang tepat dilakukan menjelang Tahun Baru. Cumin sekedar ngobrol, makan malam bersama, barbeques, dan tentu saja terompet! Oh dan tidak lupa jua petasan dan kembang api!

Lalu bagaimana dengan di Indonesia, atau di Bali? Berdasarkan pada basis budaya dan agama kita, kita memiliki apa yang dinamakan dengan calendar Saka. Dalam penanggalan Saka (calendar Bali - Jawa) perayaan tahun Baru berlangsung pada bulan Maret, perayaan tahun baru pada hari rya Nyepi.

Oh iya, sudah umum juga bagi orang-orang untuk membuat ikrar atau resolusi Tahun Baru, yang diharapkan dapat dilaksanakan dan terwujud pada Tahun yang baru ini. Ada yang ingin jadi tambah kaya, punya pacar baru, jadi lebih fit, pengen berhenti merokok, macem-macem deh… jadi apa resolusimu untuk tahun yang baru 2008 ini?

Tahun Baru 2008: potret kelabu di Kuta

Meski tidak semeriah di kota besar seperti Jakarta, namun Kuta tetap tidak kalah ramai dan menjadi incaran berbagai kalangan dari seluruh negeri (termasuk masyarakat Bali sendiri). namun tampaknya malam pergantian tahun 2007 ke 2008 kemarin menjadi potret kelabu bagi Kuta.

Tampaknya Kuta kali ini telah tercoreng mukanya (sekali lagi) di hadapan turis internasional dan bahkan di muka masyarakat Bali sendiri. Betapa tidak,, banjir yang sedari dulu amat sangat jarang dirasakan ternyata sekarang melanda wilayah pariwisata yang paling terkenal di seantero jagat ini. Di Legian, banjir bahkan telah mencapai lutut orang dewasa. Kontan saja banyak yang terheran dan berpikir, "Bagaimana bisa Kuta koq bisa banjir?". TheYC sendiri beberapa kali mendapat SMS dan telpon dari kerabat dan teman di daerah lain di Indonesia yang menanyakan tentang kebenaran banjir di Bali. Well, theYC cuman menjawab singkat untuk menepis kehawatiran itu, "Tenang saja, cuman genangan kecil di beberapa tempat koq!".

theYC gak bawa Kamera

Hmmphh... sangat disayangkan theYC belum memiliki kamera untuk mengabadikan semua peristiwa di Kuta pada saat malam pergantian tahun kemarin (umm... ada yang mau menyumbangkan sebuah kamera digital?). Padahal theYC menyaksikan semua kejadian
banjir dari awal sampai akhir. Jadi, kalian cukup berpuas diri saja yah dengan tulisan ini.

Disambut hujan deras...

Beberapa menit menjelang pergantian tahun, ternyata pantai Kuta disambut secara tiba-tiba dengan angin kencang yang kemudian beberapa menit kemudian langsung diguyur dengan hujan deras. Sepanjang pantai Kuta yang tadinya penush sesak dengan orang-orang menanti pergantin tahun, seketika itu juga bubar akibat hujan. Lucunya, cukup bnyak orang tua dan remaja yang panik dan mengira angin kencang dan ombak yang meninggi tersebut dikiranya adalah Tsunami. Bahkan tidak sedikit yang berterik-teriak dan langsung berlari menuju pinggiran jalan di sekitar kawasan hotel. Kerumunan langsung membubarkan diri padahal hitung mundur pergantian tahun belum juga dimulai.

Dan kemudian datanglah banjir...

Meski theYC tahu yang datang adalah badai dan bukan tsunami, tapi spontan saja theYC juga ikutan takut dan segera mengikuti kerumunan untuk meninggalkan pantai Kuta, he he... Tidak ada 15 menit sesegera setelah hujan mengguyur, tampak selokan mulai penuh dengan air di sepanjang gang Poppies. Orang-orang berdesakan berteduh di pinggiran emperan toko, tapi theYC tetep bodo aja jalan meski berbasah ria. Dan tebak,... setelah keluar dari gang Poppies ternyata eh ternyata, sepanjang jalan Legian sudah digenangi banjir setinggi setengah lutut orang dewasa! Yaa ampun... padahal di gang poppies banjir hanya semata kaki saja! Hujan masih deras mengguyur dan terlihat wajah meringis dari para turis yang menyaksikan banjir tersebut. Wah, apa kata dunia kalau begini?

Gembel di sepanjang jalan...

Eits, banjir ternyata bukan satu-satunya pemandangan buruk saat itu. Saat theYC berjalan di gang Poppies dan di legian, eh ternyata banyak juga peminta-minta alias gembel yang tiduran di emperan toko dan masih juga meminta-minta meski banjir menghadang. Hmmm, kesempatan dalam kesempitan. Jumlahnya bahkan tidak sedikit dan cukup mudah terlihat oleh para turis. Sepertinya para gembel bisa mencium dimana letak uang berada. Satu lagi nilai O bagi Kuta.

Ya ampun sampahnya...

Benar! theYC tidak berlebihan mengatakan ini. Banjir ternyata ikut serta membawa sampah-sampah yang terlihat dan yang 'tidak terllihat'. Sampah bertebaran dan terhanyut kemana-mana. Sebut saja ranting, daun, plastik, sisa makanan... yeikh. Saat theYC berjalan di sepanjang trotoar, banyak dari sampah tersebut yang tersangkut di kak. Bahkan ada beberapa dari pejalan kaki yang terseok ke dalam trotoar, tepat di atas selokan yang seharusnya tertutup paving. Pada saat seperti inilah baru disaadari betapa pentingnya saluran pembuangan air / drainage bagi kawasan pariwisata atau dimanapun. tapi, bukankah seharusnya dalam pembangunan saluran pembuangan di Kuta tersebut (yang telah memakan biaya sangat besar) sudah seharusnya dipikirkan mengenai kemungkinan adanya banjir? Atau malah memang tidak pernah diperhitungkan apabila terjadi banjir?

Pertikaian dan keributan...

Seperti yang telah diprediksikan, pertikaian tidak akan bisa distop dimanapun saat pesta tahun baru. begitu pula di Kuta. Salah seorang teman theYC mengabarkan bahwa telah terjadi kerusuhan di salah satu club di daerah Kuta. Kalau yang ini sih theYC tidak bisa banyak berkomentar. Memang tidak bisa distop sama sekali, tapi paling tidak bisa diminimalisir kan? Bahkan kabarnya ada dari segerombolan orang tersebut ada yang membawa senjata tajam! Waduh, senjata tajam di tengah kerumunan orang dan turis? Sepertinya sudah mulai tidak aman yah. Polisi kudu bertindak tuh... Bahkan di daerah Legian saja banjir menjadi tontonan dan atraksi kenakalan orang disana. Cape deh...

Well well, bukan berita buruk yang theYC maksud untuk sampaikan disini. Hanya saja setelah dari kejadian tersebut theYC tak urung lupa untuk tetap mengingatkan, bahwa sekecil apapun hal buruk yang terjadi di Kuta - di Bali, akan menjadi berita besar di seluruh dunia. Dunia akan dengan sekejap mata langsung mengetahui kejadian banjir di Kuta. Dengan kecanggihan teknologi sangat mungkin semua orang di dunia bisa segera tahu! Tentunya kejadian ini bisa mempengaruhi citra pariwista Bali (apalagi ini masih di awal tahun). Sampah, saluran pembuangan, pertikaian, senjata tajam, narkoba, gembel, semua itu adalah tanggung jawab kita bersama - masyarakat Bali. Jika bukan kita yang perduli, lalu siapa lagi? Dan pemerintah.. hey dimanapun kalian berada, ada baiknya mulai mendengarkan dan melihat apa yang terjadi di lapangan. Sudah saatnya membenahi hal-hal kecil untuk promosi pariwisata Bali. Bukankah di tahun 2008 ini adalah kampanye tahun "Visit Indonesia 2008"...? @theYC