Dwijendra pelopori ide 'tuntas belajar 16 tahun' secara gratis

Harus diakui ide-ide besar muncul di Dwijendra. Dulu Dwijendra berani dan pertama menggunakan istilah Hindu dalam pendidikan. Kini ide baru muncul lagi dari Ketua Yayasan Dwijendra Pusat, Drs. Ida Bagus Gede Wiyana dengan menerapkan pendidikan satu atap dengan tuntas belajar 16 tahun. Gratis lagi. Bagaimana pola ini dilakukan?

KONSEPNYA adalah pendidikan yang utuh yakni manawa lan medana. Dalam konsep cakra bawa dan mulat sarira, justru model pendidikan satu atap inilah yang pas untuk pendidikan lokal bermuatan spiritual Hindu.

Dwijendra mulai menggunakan Pra Widya Pesraman bagi TK, Adi Widya Pesraman (SD), Madya Widya Pesraman (SMP), Utama Widya Pesraman (SMA/SMK) dan Maha Utama Widya Pesraman (Univ. Dwijendra). Bahkan pola pendaftaran siswa baru pun menggunakan model satu atap. Kini Ketua Yayasan Drs. Ida Bagus Gede Wiyana bersiap menerapkan pendidikan holistik yang linier yakni pendidikan satu atap dengan ketuntasan belajar 16 tahun.

Jika pemerintah baru menuju Wajib Belajar 9 tahun dan 12 tahun di Denpasar, di Dwijendra dibuka pendidikan tuntas 16 tahun. Untuk itu Ida Bagus Gede Wiyana bersama Wakil Ketua Drs. Made S. Candra Jaya, M.Hum., Jumat (19/6) kemarin mengumpulkan semua kaseknya. Mereka adalah Kepala SD Gede Artana, S.Pd., Kepala SMP Drs. Nyoman Sukendra, M.Hum., Kepala SMA Ida Bagus Alit Bajra Manuaba, S.Pd., Kepala SMK Drs. Ketut Widya, M.Pd., dan Rektor Undwi I Ketut Wirawan, S.H., M.Hum.

Ia menjelaskan, Dwijendra sebagai perintis pendidikan satu atap dimulai dari SD. Lulusan SD ini bisa sekolah gratis di SMP. Jika melanjutkan ke SMA dan perguruan tinggi diberikan bebas uang gedung.

Pendidikan gratis ini dengan syarat siswa dan orangtua siswa meneken kontrak dengan yayasan untuk menyekolahkan anaknya sejak SD hingga sarjana di Undwi. Mereka yang meneken kontrak ini diberikan beasiswa penuh di SD dan SMP Dwijendra yang sering dipolitisi sebagai sekolah gratis. Mereka hanya dikenakan biaya ekstrakurikuler. Inilah yang ia sebut tuntas belajar 16 tahun.

Program ini diluncurkan untuk memberi pilihan kepada masyarakat sekolah bermutu plus keunggulan budi pekerti dan agama Hindu. 'Kan sudah ada dana BOS, kekurangannya kami yang mengatur,' ujarnya.

Ketika ditanya jika di tengah jalan mereka yang meneken kontrak memilih di luar Undwi, ia mengatakan harus dikomunikasikan dengan yayasan, yayasan akan mencarikan fakultas terdekat.

Sementara bagi siswa yang tak ingin tuntas belajar 16 tahun di Dwijendra, kata dia, tetap diterima di SD, SMP, SMA/SMK Dwijendra, dengan catatan tak mendapatkan keistimewaan gratis tersebut. Sebab ia tak ingin SDM yang dibina di Dwijendra dengan muatan budi pekerti lepas kepada pihak lain khususnya untuk silat, agama dan teknologi dasar (PTD). Di samping sebagai pertanggungjawaban atas kualitas serjana yang dicetak Dwijendra.

Kepala SMA Dwijendra Ida Bagus Alit Bajra Manuaba, S.Pd. mengatakan program ini sedang dicanangkan oleh Pemkot Denpasar. Dwijendra bisa dijadikan pilot proyek dengan harapan pendidikan linier berkualitas. Seharusnya Pemkot membantu Dwijendra untuk menjalankan program ini.

Sumber [Bali Post]

No comments:

Post a Comment